Muhammad dan Istrinya

Episode - 1
Di suatu senja yang temaram, Muhammad SAW sedang bercengkrama dengan istri yang sangat dicintainya, Khadijah RA. Tiba-tiba, Khadijah terdiam, dan kemudian menangis bercucuran air mata, begitu sedihnya. Tentu saja Rasulullah SAW kaget, sehingga beliau bertanya,
"Istriku tercinta, apa gerangan yang telah melukai perasaanmu, sehingga engkau menangis begitu sedih?"
Khadijah hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah tangisnya reda, wanita mulia itu berkata,
"Suamiku, tiba-tiba saja aku teringat bahwa seluruh harta kekayaan yang kumiliki sudah habis. Tidak ada lagi yang bisa aku persembahkan sebagai infak di jalan Allah, padahal dakwahmu belum lagi selesai. Itu yang membuatkan sangat sedih ..."

Sejurus kemudian Khadijah berkata lagi,
"Karena itu wahai suamiku, aku punya sebuah pinta untukmu. Kelak aku akan wafat dan ruh-ku kembali kepada Allah SWT. Dan di dalam tanah yang akan tersisa dari jasadku hanyalah tulang-belulang belaka. Jika pada saat itu engkau membutuhkan sebuah rakit, untuk menyeberangkan dakwahmu ke negeri nun jauh di sana, maka galilah kembali kuburku, dan rangkailah sebuah rakit dari tulang-belulangku yang tersisa ..."

(Subhanalloh.. jika anakmuda yang berkata seperti itu sekarang, maka masih diragukan kadar cintanya, Namun ini adalah Istri Nabi Muhammad SAW, Khadijah. Orang yang sangat dekat dengan pemimpin ummat Islam yang sangat disanyanginya, disayangi oleh istrinya dan juga oleh ummat nya.
Anak muda sekarang?? Aneh, meskipun masih ada yang mentauladai sifat-sifat dan kisah dari Nabi besar kita, Muhammad SAW.

Zara adalah orangnya....(wallahu'alam) semoga limpahan rahmad & Hidayah selalu padamu, Amien


Episode - 2
Menjelang dini hari Aisyah - istri Rasulullah SAW - terbangun dari tidurnya. Tangannya meraba-raba pembaringan di sisinya,Kosong. Ia menengok ke samping, dan tidak menemukan sang suami ada di sisinya. Maka iapun bangkit dan mencari suaminya. Sejurus kemudian dia melihat suaminya, Muhammad SAW, sedang tegak berdiri di pojok kamar, menunaikan Shalat Malam, begitu khusyu. Aisyah menangkap suara isak tangis yang lirih dalam shalat suaminya. Lalu pandangan mata Aisyah tertumbuk pada kedua pergelangan kaki suaminya yang kemerah-merahan, karena bengkak.

Pada saat Nabi jeda dari rakaat-rakaat shalatnya, Aisyah menghampiri suaminya, dan bertanya,
"Wahai suamiku, engkau adalah kekasih Allah yang sudah dijanjikan masuk surga, sudah dijamin diampuni semua dosa. Mengapa engkau masih begitu tekun beribadah? Bahkan setiap malam engkau bangun, berdiri dalam shalatmu begitu lama, hingga kedua kakimu bengkak-bengkak?"
Sambil mengelus kepala istrinya penuh kasih sayang, Muhammad SAW berkata,
"Wahai istriku, ibadah seperti yang aku lakukan ini, untuk membayar nikmat udara yang diberikan kepadaku saja tidak akan pernah cukup ..."


Episode – 3
Aisyah RA dikaruniai umur panjang oleh Allah. Beliau masih hidup hingga bertahun-tahun sesudah Muhammad SAW, suaminya, dipanggil ALLOH SAW. Pada suatu hari, beberapa perempuan sebaya Aisyah bersilaturahmi mengunjungi beliau di rumahnya. Dalam obrolan mereka ada yang berkata,
"Aisyah, seperti apa sepak terjang Muhammad di luar rumah sebagai Rasul, sebagai panglima perang, sebagai Kepala Negara, kami sudah mengetahuinya. Namun ada satu hal yang kami masih penasaran. Bagaimana dia di rumahnya, di tengah-tengah keluarganya, bersama dengan istri-istrinya? Cobalah engkau ceritakan kepada kami."

Aisyah terdiam. Ia tidak mampu berkata apa-apa. Hanya deraian air mata yang kemudian mengalir di pipinya. Teman-teman Aisyah menjadi merasa tidak enak.

Salah satu di antara mereka bertanya lagi,
"Aisyah, mengapa kau menangis? Apakah gerangan yang membuat engkau sedemikian sedihnya?"

Setelah reda tangisnya, Aisyah berkata,
"Sahabat-sahabatku, bagaimana aku tidak begitu sedih merasakah kehilangan seorang suami seperti Muhammad SAW, yang selalu menyapaku dengan lembut, dan membangunkan aku di tengah malam untuk bersujud bersamanya? Bagaimana aku tidak menangis dengan penuh rasa kehilangan yang mendalam, mengenang suamiku, Muhammad SAW, yang selalu membantu pekerjaanku di rumah. Bagaimana aku tidak menangis mengenang suamiku, yang selalu menjahit jubahnya yang sobek dan menyambung tali terompahnya yang putus dengan tangannya sendiri. Bagaimana aku tidak menangis"